Rabu, 16 Mei 2018

Mengulas Peristiwa Rawagede 1947

                                                                                            Dokumentasi Pribadi

Selasa shubuh tanggal 9 desember 1947,di kampung rawagede tiba-tiba terdengar suara letusan tembakan senjata yang memecah kesunyian pada pagi itu dan membangunkan penduduk yang sedang tertidur pada waktu itu. 

Tiba-tiba terdengar kembali beberapa letusan senjata api, sehingga penduduk khususnya lelaki yang dewasa berhamburan keluar rumah,ada yang lari mencari tempat persembunyiaan dan ada juga yang tetap tinggal dirumah karena ketakutan setelah mendengar bahwa adanya lserangan belanda yang dianggap adanya  pertempuran antara pejuang Badan Keamanan Rakyat (BKR) dengan serdadu belanda, karena rawagede memang merupakan markas pejuang.

Sementara desa rawagede yang semulanya tenang menjadi mencekam,akibat letusan senjata dari ratusan serdadu yang datang. Banyaknya penduduk yang lari  kesawah untuk bersembunyi,ietapi banyak yang terkena tembakan belanda karena dipanggil untuk tidak lari tapi masih tetap lari. Salah satu pilihan untuk lari adalah masuk ke kali,karena sudah terkepung oleh tentara Belanda. 

Ada sebagian juga yang tertangkap dan dikumpulkan,diperiksa dan menanyakan dimana para pejuang berada? tetapi penduduk tidak ada satu pun yang memberitahukan, hanya bisa menjawab tidak tahu!dengan rasa marahnya tentara Belanda tidak segan-segan untuk menyiksa dan menganiaya dan  sedang pada jongkok ditembak dari belakang satu persatu. 

Selanjutnya serdadu belanda menggedor pintu ke pintu dan tidak ada yang keluar langsung ditembak.dan yang tertangkap dikumpulkan jumlahnya 30 s/d 50 orang, disuruh jongkok dan sebelum dibantai ditanya kembali dimana para pejuang dan dimana Lukas Kustaryo, tetapi tidak ada satu orang pun yang meberitahukan sama seperti  tempat lainnya,itulah sikap pejuang yang sejati.

Selanjutnya ditempat lain juga dikumpulkan 20 orang disuruh berjajar membelakangi tembok dan satu persatu ditembak. Dari kekejaman tanpa adanya prikemanusaan,setelah tahu bahawa banyaknya yang bersembunyi di sungai, pihak Belanda mengadakan penyisiran dari timur kebarat dimana disunyai banyaknya semak-semak perlindungan yang diberondong dengan senjata, memang kenyataaanya banyak sekali yang bersembunyi di pinggir sungai, maka korban pun berjatuhan. 

Dengan keadaan yang sedang banjir maka mayat-mayat tersebut banyak yang terbawa arus. Akhinya sekitar pukul 16.00 WIB serdadu Belanda pun keluar dari Rawagede. Menurut para saksi hidup pembantaian jumlahnya ada 9 lokasi,yang paling terbanyak di lokasi sepur yang merupakan stasiun kereta api  jurusan Karawang Rengasdengklok.

Setelah sore harinya ibu-ibu dan para wanita lainnya baru menemukann mayat-mayat yang terutama dekat dengan lokasi pembantaian dengan rumah mereka. Menjelang malam harinya sebagian warga mengungsi ke daerahnya masing-masing, khususnya laki-laki yang berumur 15 tahun keatas, dengan tujuan mempunyai keluarga di tempat lain,Sebab merasa takut keesokan harinya akan datang kembali serdadu Belanda.

Keesokan harinya pada hari rabu tanggal 10 Desember 1947 ,ibu-ibu dan sanak keluaga yang tidak mengungsi mencari keluaganya yang tadinya terpencar mencari perlindungan,tetapi setelah ditemukan banyaknya yang sudah menjadi mayat. Ada yang anaknya dua-duanya,termasuk suaminya,ada juga yang orang tuanya,jadi hampir semua keluarga mempunyai 1 sampe 4 mayat. Untuk mengurus pemakamannya terutama kaum ibu sampai dua tiga hari atau sampai 4 hari,karena minimnya peralatan untuk menggali liang lahatnya.

Sekitar satu minggu para lelaki yang menggungsi baru pulang kembali ke Rawagede,saat mendapat kabar bahawa keadaan betul-betul sudah aman,tetapi dilain pihak merasa kaget karena masih banyaknya ditemukan mayat di pinggir-pingggiran sungai yang sudah membusuk yang tidak terkuburkan. Akhirnya dikuburkannya di mana mayat  itu berada,tapi bukan sedikit juga yang terhanyutkan air dikali rawagede.

Peristiwa ini pernah diabadikan oleh seorang penyair yang bernama Chairil Anwar dengan puisinya yang berjudul Krawang-Bekasi.
Pada masa saat ini masih banyaknya masyarakat yang seakan lupa dengan sejarah. Sedangkan bung Karno pernah  berkata JASMERAH, jangan sekali-sekali melupakan sejarah.


                                                                                                                                 (Rifky Ghilmansyah)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Aku tidak melatih mahasiswaku menulis lamaran pekerjaan, tapi akan ku latih mereka menulis menciptakan suatu karya untuk membuka lapangan pekerjaan bagi dirinya sendiri. -Mickey Oxcygentri