Senin, 14 Mei 2018

Dasollen Esif



                                                                                                   Courtesy Google

Siapa yang tak kenal cinta? Semua orang pasti sudah pernah merasakan yang namanya jatuh cinta, Tanpa terkecuali.
Tuhan menciptakan perasaan cinta di hati semua makhluknya. Tapi, Siapa yang bisa tahu kapan cinta itu akan datang dan pergi?
“Robert..” teriakan itu terdengar dari balik pintu kamar ku. Aku yang sedari tadi membaca buku segera menutup buku  Chairil Anwar itu. Kemudian aku simpan di laci meja belajar ku.
 “Iya..” seru ku dari dalam kamar.
-krek-
“Rocky...” gumam ku. Lelaki berkumis dan rambut kribo itu tersenyum di hadapan ku. Rocky, Dia sahabat ku. Kami bersahabatan sejak kecil. Aku mengenalnya saat aku masih duduk di bangku sekolah dasar kelas satu.
“Masuk Rock..” ajak ku sambil tersenyum. Aku dan Rocky sama-sama duduk di lantai. Tubuh kami tersender di ranjang tidur  yang dibaluti sprei berwarna pink muda.
“Aku masih penasaran sama kakak kelas kita yang bernama Nabilah itu, Bert.” kata Rocky memulai percakapan.
 “…”
 “Kamu tidak penasaran sama dia, Robert?” sambung Rocky bertanya padaku.
 Aku menggeleng.
 “Aneh. Masa kamu tak suka sama sekali sih sama Nabilah itu.” kata Rocky dengan nada sedikit tinggi.
 “Dia manusia biasa kok, tidak ada spesialnya sama sekali.” ujar ku.
 “Aku bingung sama kamu. Dari dulu tidak pernah berubah. Sebenarnya kamu itu masih normal gak sih? heran aku..” ujar Rocky. Aku hanya tersenyum mendengar ucapan Rocky.
Aku dan Rocky sedang bermain asyik PES di laptop sambil berbicara Rocky dengan rakusnya memakan semua hidangan yang aku beri, dengan begitu kenyang, dia bergegas pamit pulang setelah makanannya habis tak tersisa.
*Keesokan harinya.
Pagi  itu aku kesiangan. Dengan secepat kilat aku merapihkan  seragam putih biru ku.
“Nanti kamu bapak antar aja ke sekolahan. Biar tidak kesiangan.” kata Bapakku yang wajahnya terumpat di balik koran yang sedang dibacanya.
 “Tidak pak, aku naik angkot aja.” ucap ku.
 “Ini sudah hampir siang, nanti kamu terlambat ayo bareng bapak saja.” Kini wajah laki-laki berkaca mata itu sudah tidak bersembunyi di balik koran lagi.
Aku mengangguk pertanda mau
Hanya butuh waktu lima belas menit untuk menempuh perjalanan dari rumah ke sekolah. Itu pun karena diantar bapak. Biasanya, jika aku berangkat sekolah naik angkot, tiga puluh menit lebih baru sampai disekolahan.
*Disekolah
Gubrak!!
 “Ma.. maaf kak. Saya tidak sengaja.” ujar ku.
 “Iya tidak apa apa kok.” sahut perempuan yang barusan aku tabrak.
 “Nabilah...” batin ku.
 “Saya duluan ya.” katanya.
 Aku hanya terdiam. Tak menjawab apa-apa.
Sejak kejadian itu, entah kenapa aku jadi sering memikirkan Kakak kelas yang bernama Nabilah itu. Bayang-bayang Nabilah selalu muncul di benak ku. Apa aku… Aarrgghh!! mustahil! Mustahil aku jatuh cinta padanya. Aku tidak boleh suka sama dia apalagi sampai cinta sama Nabilah. Dia itu kan kakak senior ku. Mana pantas adik junior mencintai kakak seniornya? apalagi aku ini seorang lelaki pendiam. Tapi… Siapa yang bisa menghindar jika Tuhan telah menaburkan benih cinta di hati hamba-Nya? Tidak adaa!!
*Di toilet
“Bil, lu suka sama adik kelas yang bernama Robert itu?” Tidak sengaja aku mendengar pertanyaan itu ketika aku hendak lewat ke toilet.
 “Apaan sih lu.”
 “Tapi lu nolak Ittipat karena lu suka kan sama Robert?”
 “Robert itu adik kelas gue, Melody. Jadi, gak mungkin gue suka sama dia.”
Aku masih terdiam di ujung pintu toilet siswa. Padahal tinggal lima langkah lagi untuk masuk ke toilet yang ingin aku masuki. Tapi aku tak mampu melangkahkan kaki ku.
“Ro..bert..” gumam Nabilah yang baru keluar dari toilet. Wajahnya seperti orang kaget. Disusul melody yang saat ini berdiri di sebelahnya.
 “Kamu udah berapa lama berdiri disini?” tanya Nabilah.
 “Robert gak ngitungin, Kak.” jawab ku. Pandangan Nabilah dan Melody saling bertabrakan. Mereka pasti memiliki pertanyaan yang sama. “Apa Robert denger obrolan kita tadi?” Yaps! Pertanyaan itulah yang pasti disimpan oleh dua perempuan yang saat ini berdiri di hadapan ku.
“Robert permisi kak, mau ke toilet.” ujar ku kemudian melangkah pergi dari hadapan mereka.
Kini aku berdiri di hadapan cermin. Aku melihat wajah ku sendiri. Mata ku terlihat sembab. Apa aku menangis? Kenapa aku harus menangis? Kenapa? Apa aku perlu sakit hati karena obrolan Nabilah dan Melody tadi?
“Tuhan.. apa aku benar jatuh mencintai Nabilah? Kenapa aku Merasakan sakit ketika Nabilah ngomong seperti itu? Dia tidak mungkin mencintai aku karena aku adik kelas nya!! Apa akan ada hukuman di sekolah ini apabila senior berpacaran dengan junior?”
Tuhan..
 Jika memang perasaan ini harus melukai hati ku,
 aku harap cinta itu tidak pernah ada di dunia ini!!

Dassollen.
(n) Menurut hal yang seharusnya terjadi.
Self.
(n) Proses seorang individu untuk mendapatkan pengalaman sosial.

Harusnya aku tahu apa yang akan terjadi jika nantinya aku jatuh cinta kepada seseorang yang bukan hakku. Akan menjadi pengalaman yang sangat berharga.


(Shahal Rizky)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Aku tidak melatih mahasiswaku menulis lamaran pekerjaan, tapi akan ku latih mereka menulis menciptakan suatu karya untuk membuka lapangan pekerjaan bagi dirinya sendiri. -Mickey Oxcygentri